CHAPTER 3: REQUIREMENTS DETERMINATION
Pada bab ini, kita mempelajari apa itu fase analisis, penentuan kebutuhan, persyaratan yang dibutuhkan Teknik Elicitation, dan strategi kebutuhan analisis.
#Fase Analisis
Dalam fase analisis ini, mempunyai tiga langkah proses dasar, yaitu:
- Memahami situasi yang ada
- Mengidentifikasi perbaikan
- Menentukan kebutuhan sistem yang baru
#Penentuan Kebutuhan
Penentuan kebutuhan merupakan bagian analisis dimana tim proyek mengubah penjelasan tingkat tinggi mengenai kebutuhan bisnis yang tercantum dalam permintaan sistem ke dalam daftar kebutuhan yang lebih tepat. Daftar itu didukung, dikonfirmasi, dan diklarifikasi oleh kegiatan lain dalam fase analisis seperti:
- Membuat use case
- Membangun proses model
- Membangun data model
Kebutuhan bisnis menggambarkan sistem “apa” dan
kebutuhan sistem menggambarkan “bagaimana” sistem akan diterapkan.
Kebutuhan fungsional berhubungan langsung dengan proses yang harus dilakukan atau informasi yang harus ada.
Kebutuhan non-fungsional mengacu pada sifat perilaku yang harus dimiliki sistem, seperti kinerja dan kegunaan.
#Persyaratan yang dibutuhkan Teknik Elicitation
Terdapat lima teknik yang digunakan dalam memperoleh kebutuhan bisnis untuk sistem yang diusulkan, yaitu:
1. Wawancara
Wawancara melibatkan pertemuan satu atau banyak orang untuk mengajukan pertanyaan kepada mereka. Ada lima langkah dasar untuk proses wawancara, yaitu memilih orang yang diwawancarai, merancang pertanyaan wawancara, mempersiapkan wawancara, melakukan wawancara, dan tindak lanjut pasca wawancara.2. Joint Application Development (JAD)
2. JAD (Joint Application Development)
JAD merupakan teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan tim proyek, pengguna, dan manajemen bekerja sama untuk mengidentifikasi kebutuhan sistem.
3. Questionnaires
Merupakan serangkaian pertanyaan tertulis yang dikembangkan untuk mendapatkan informasi dari individu.
4. Document Analysis
Analisis dokumen memerlukan pengajian dokumentasi yang ada dan memeriksa sistem itu sendiri.
5. Observation
Merupakan tindakan mengamati proses yang sedang di lakukan, adalah alat yang ampuh untuk mengumpulkan informasi tentang sistem seperti apa dan memungkinkan analisis untuk melihat realitas suatu situasi secara langsung
#Strategi Kebutuhan Analisis
Fase analisis seringkali mengharuskan pengguna bisnis untuk berpikir kritis tentang kebutuhan bagi sistem baru mereka. Beberapa strategi dapat membantu, analisis masalah dan analisis akar permasalahan adalah dua strategi yang dapat membantu pengguna bisnis dalam memahami permasalahan pada sistem saat ini yang memerlukan perbaikan. Analisis waktu, activity-based costing, dan benchmarking informal adalah tiga strategi analisis populer yang dapat membantu tim menemukan proses yang paling membutuhkan perancangan ulang. Analisis hasil, analisis teknologi, dan penghapusan aktivitas adalah tiga strategi yang dapat digunakan untuk “memaksa” pengguna bisnis memikirkan proses bisnis dengan cara baru, memungkinkan untuk menemukan cara baru untuk menyelesaikan proses bisnis.
CHAPTER 4: USECASE ANALYSIS
Pada bab ini, kita mempelajari apa itu use case dan bagaimana cara membuat use case.
#Use Case
Use case berisi semua informasi yang dibutuhkan untuk membangun satu bagian dari model proses, yang dinyatakan secara informal dan sederhana. Use case memiliki nama, nomor, tingkat kepentingan, deskripsi singkat, aktor utama, pemicu (trigger), prasyarat (precondition), postcondition, inputan utama dan keluaran (output), dan daftar langkah utama yang diperlukan untuk menjalankannya. Use case dapat diidentifikasi dengan meninjau persyaratan fungsional. Daftar kejadian dan respon juga berguna dalam mengidentifikasi peristiwa penting yang harus dijelaskan dalam use case. Setelah use case selesai, seringkali persyaratan fungsional baru dan perluasan dapat diturunkan.
#Membuat Use Case
Saat membuat use case, hal pertama yang harus dikenali adalah kejadian pemicu (eksternal atau temporal) dan actor utama. Selanjutnya, kembangkan daftar langkah-langkah utama yang terlibat dalam menggunakan input untuk menghasilkan output yang dibutuhkan dan respon yang diinginkan terhadap kejadian tersebut. Sekarang, pikirkan lebih dalam tentang setiap langkah dan identifikasi input dan output spesifik untuk setiap langkah. Terakhir, minta pengguna untuk memainkan peran sesuai use case untuk memverifikasi bahwa use case yang dibuat sudah benar.
CHAPTER 5: PROCESS MODELLING
Pada bab ini, kita mempelajari apa itu Data Flow Diagram dan bagaimana cara membuat Data Flow Diagram.
#Data Flow Diagram
Empat simbol digunakan dalam DFD (proses, data flows, data stores, dan entitas eksternal). Proses adalah aktivitas yang melakukan sesuatu. Setiap proses memiliki nama (frasa kata kerja), sebuah deskripsi, dan sebuah nomor yang menunjukkan relasi dengan proses lain dan proses anaknya. Setiap proses harus memiliki setidaknya satu output dan biasanya satu input. Sebuah data flow adalah sepotong data atau sebuah objek yang memiliki nama (kata benda) dan sebuah deskripsi yang dimulai atau berakhir pada suatu proses. Sebuah data store adalah file manual atau komputer yang memiliki nomor, nama (kata benda), serta memiliki setidaknya satu input data flow dan satu output data flow (kecuali jika penyimpanan data dibuat oleh proses di luar DFD). Entitas eksternal adalah orang, organisasi, atau sistem yang berada di luar ruang lingkup sistem dan memiliki nama (kata benda), dan sebuah deskripsi. Setiap rangkaian DFD dimulai dengan sebuah konteks diagram dan DFD tingkat 0 dan memiliki DFD tingkat 1, DFD tingkat 2, dan seterusnya. Setiap elemen pada DFD tingkat tinggi (yaitu, data flows, data stores, dan entitas eksternal) harus muncul pada DFD tingkat rendah atau akan tidak seimbang.
#Membuat Data Flow Diagram
DFD dibuat dari use cases. Pertama, tim akan membuat konteks diagram yang menunjukkan semua entitas eksternal dan data flows yang masuk dan keluar dari sistemnya. Kedua, tim membuat fragmen DFD untuk setiap use case yang menunjukkan bagaimana use case mentransformasikan data flow dengan entitas eksternal dan data store. Ketiga, fragmen DFD ini disusun ke dalam DFD level 0. Keempat, tim mengembangkan DFD tingkat 1 berdasarkan langkah-langkah dalam setiap kasus penggunaan untuk menjelaskan dengan lebih baik bagaimana mereka beroperasi. Kelima, tim memvalidasi kumpulan DFD untuk memastikan kelengkapan dan kebenaran serta tidak mengandung kesalahan sintaks atau semantik. Iterasi menjadi penting untuk memastikan DFD satu halaman atau lebih jelas dan mudah dibaca.
CHAPTER 6: DATA MODELLING
Pada bab ini, kita mempelajari apa itu Entity Relationship Diagram dan bagaimana cara membuat dan memvalidasinya.
#Entity Relationship Diagram (ERD)
Entity Relationship Diagram (ERD) adalah teknik yang paling umum untuk menggambarkan data model, sebuah cara formal untuk merepresentasikan data yang digunakan dan dibuat oleh sistem bisnis. Ada tiga elemen dasar dalam bahasa pemodelan data, masing-masing diwakili oleh simbol grafis yang berbeda. Entitas adalah blok bangunan dasar untuk model data. Dapat berupa orang, tempat, atau hal tentang data yang dikumpulkan. Sebuah atribut adalah tipe informasi yang ditangkap tentang sebuah entitas.
#Langkah Dasar dalam Membuat Entity Relationship Diagram (ERD)
- Mengidentifikasi entitas,
- Menambahkan atribut yang sesuai ke setiap entitas, dan
- Menggambarkan relasi antar tiap entitas untuk menunjukkan bagaimana hubungan satu sama lain.
#Memvalidasi Entity Relationship Diagram (ERD)
Normalisasi, proses dimana serangkaian peraturan diterapkan pada model data logis untuk menentukan seberapa baik terbentuknya. Model data logis ada dalam bentuk normal pertama (1NF) jika tidak mengandung atribut berulang, yang merupakan atribut yang menangkap beberapa nilai untuk satu instance. Bentuk normal kedua (2NF) mensyaratkan bahwa semua entitas berada dalam 1NF dan hanya berisi atribut yang nilainya bergantung pada keseluruhan pengenal (yaitu, tidak ada ketergantungan parsial). Bentuk normal ketiga (3NF) terjadi ketika sebuah model berada dalam 1NF dan 2NF dan tidak ada atribut yang dihasilkan bergantung pada atribut non-identifier (yaitu, tidak ada ketergantungan transitif). Dengan setiap pelanggaran, entitas tambahan harus dibuat untuk menghapus atribut yang berulang atau ketergantungan yang tidak semestinya dari entitas yang ada. Akhirnya, ERD harus diimbangi dengan data flow diagram (DFD) dengan memastikan bahwa entitas model data dan atribut sesuai dengan data store dan data flow pada model proses. Matriks CRUD adalah alat yang berharga untuk digunakan saat menyeimbangkan proses dan model data.